Maraknya event Barapan Kebo (Karapan Kerbau) akhir-akhir ini sungguh membuat kita bangga. Dukungan dari beberapa kalangan untuk terlestarinya tradisi pesta rakyat ini memang layak diacungi jempol. Sebutlah, PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) yang selalu menjadi sponsor utama pada setiap event barapan kebo di seluruh penjuru Sumbawa.
Tak ketinggalan, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat akan membuat sirkuit khusus untuk balapan kerbau, dan tidak tanggung-tanggung, tahun ini Pemda KSB telah mengalokasi dana APBD yang cukup besar untuk Barapan Kebo (menurut sumber KOBAR, Rp 700 juta untuk tahun 2012).
Belum lagi dukungan sponsorship dari beberapa BUMN dan perusahaan swasta nasional. Dan tidak luput sumbangsih para pejabat dan para politisi.
Kalau dikaitkan dengan program pemerintah “Visit Lombok-Sumbawa 2012”, memang event ini layak dijual sebagai obyek wisata budaya. Namun, apakah kita sudah siap?
Lumrah kalau event seperti Barapan Kebo dekade terakhir diminati oleh berbagai kalangan, terutama para politisi. Maklum, pada saat pelaksanaan barapan kebo, berkumpul massa yang tidak sedikit dari penjuru Sumbawa, dari Sumbawa Timur hingga Sumbawa Barat, dari Empang hingga Sekongkang. Dan lokasi pelaksanaan event yang berpindah-pindah pun, potensi besar untuk meraup simpati di lokasi berbeda. Jadi jangan heran, kalau pada setiap barapan kebo barisan depan tribun utama diisi oleh para politisi dan para pejabat. Baguslah, kalau ajang ini dijadikan sarana menyerap aspirasi massa akar rumput. Jangan sebaliknya, pesta rakyat ini hanya jadi ajang meraih simpati.
Tulisan Roy Marhandra, Budayawan Sumbawa Barat, pada rubrik Kolom Kita KOBAR, menyentuh kami untuk menulis tajuk “Jangan Politisasi Barapan Kebo!”. Maklum, tak lama lagi beberapa ajang politik besar akan digelar, Pemilu Legislatif dan Pilkada NTB.
Kita khawatir kalau tradisi leluhur tau samawa ini disalahgunakan. Alih-alih Barapan Kebo menjadi “Industri”, tapi malah jadi sarana rebutan “Kursi”. Bah!….[*]
Komentar
Posting Komentar