Langsung ke konten utama

Taliwang Dalam Peta Sejarah Indonesia


Oleh:  Fathi Yusuf, S.Pd., M.Pd.*
Taliwang yang sekarang ini kita kenal sebagai ibu kota baru di wilayah paling barat pulau Sumbawa, mempunyai sejarah yang sangat panjang, lebih panjang daripada kehadiran Kesultanan Sumbawa di Sumbawa. Taliwang dan Seran, sebelum masuknya Islam ke Sumbawa merupakan dua kerajaan yang paling besar di bagian barat Pulau Sumbawa (daerah Ano Rawi/daerah matahari tenggelam).
Benarkah hal ini? kenapa dalam beberapa buku sejarah Sumbawa dan NTB menyebutkan bahwa kerajaan Seran, Taliwang, dan Jereweh sebagai kerajaan kecil, benarkah demikian? Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut akan berdengung di pikiran pembaca yang terhormat, atau bahkan mungkin ada yang mengatakan bahwa tulisan ini adalah pembelokkan sejarah dari sejarah yang telah ada?
Saya mengajak kita semua untuk melepaskan diri dari “zona kenyamanan kita” tentang sejarah Sumbawa yang sudah berkarat di pikiran kita Tau Samawa (baca: orang Sumbawa) selama ini. Saya telah membaca beberapa buku sejarah yang membicarakan tentang sejarah Sumbawa, meliputi: Sumbawa Masa Lalu (Suatu Tinjauan Sejarah) karangan Lalu Manca, (1984), Pilar-Pilar Budaya Sumbawa, karya Wahyu Sunan Kalimati (2005), Fakta-Fakta Tentang Sumbawa, karangan Manggaukan Raba (), Sejarah Nusa Tenggara Barat, karangan Lalu Wacana (lupa tahun). Dari beberapa buku sejarah tersebut, Taliwang, Seran, dan Jereweh merupakan kerajaan kecil yang ada di Sumbawa yang menjadi bagian dari Kesultanan Sumbawa.
Buku-buku yang membicarakan tentang sejarah Sumbawa di atas, menurut hemat saya bersumber dari buku karangan Lalu Manca (1984). Apa yang dituangkan dalam buku-buku yang membicarakan tentang sejarah Sumbawa di atas, dapat dibenarkan, karena yang dibicarakan dalam buku sejarah tersebut adalah kerajaan Taliwang, Seran, dan Jereweh setelah Sumbawa ditaklukkan oleh Karaeng Maroangan dari Makassar. Maka, ketiga kerajaan tersebut menjadi bagian dari Kesultanan Sumbawa, yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama “Tana Kamutar Telu.” Kenapa menjadi Kamutar Telu? Kenapa harus ada kerajaan di dalam kerajaan? Apa itu Tana Kamutar Telu? Pertanyaan tentang ini akan coba diperjelas pada tulisan lainnya.
Marilah sekarang kita tengok kembali pada persoalan yang sebenarnya, yaitu, kehadiran Kerajaan Taliwang dan Kerajaan Seran di dalam Buku Negara Kertagama, karangan Mpu Prapanca. Kerajaan Taliwang dan Kerajaan Seran sudah ada bersamaan dengan kehadiran Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit dengan Patihnya Gajah Mada yang telah melakukan ekspansi ke daerah-daerah sampai juga ke Sumbawa. Berarti, kerajaan Taliwang sudah ada sebelum orang di Sumbawa memeluk agama Islam.
Pada zaman kebesaran kerajaan Majapahit, Patih Gajah Mada mengutus Pasung Rigih sebagai panglima untuk menaklukkan Sumbawa dan dilawan oleh Raja Dedela Nata (Werdamurti). Dalam peperangan ini, Panglima Pasung Rigih dan Raja Dedela Nata, kedua-duanya tewas. Tetapi, armada Gajah Mada terus melakukan ekspansi.
Setelah kerajaan Bedahulu runtuh, maka pulau Bali menjadi kacau-balau. Semuanya menjadi tanggungan Gajah Mada. Dalam menyelesaikan masalah ini, Patih Gajah Mada meminta pertolongan Mpu Kepakisan yang dibantu beberapa orang cucunya untuk menentramkan Pulau Bali. Tiga orang di antaranya diangkat menjadi Cakradara, sedangkan cucu perempuannya dikawinkan dengan Prabu Sukanya yang memerintah Pulau Sumbawa. Keberadaan Prabu Sukanya perlu ditelusuri lebih jauh dengan penelitian yang lebih komprehensif, agar informasi sejarah ini dapat dibuktikan kebenarannya.
Keterangan tentang ini terdapat dalam buku “Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara” karangan Muhammad Yamin (2001). Kerajaan Taliwang dan Seran termaktub di dalam buku Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca Syair Ke-14 dan 15. Kerajaan Taliwang, Seran, dan Hutan termasuk ke dalam susunan Daerah yang Delapan yang meliputi bagian Kelima, dengan susunan Di Sebelah Timur Jawa, Seluruh Nusa Tenggara, sebagai berikut: Bali, Bedulu, Lwa Gajah (Lilowan, Negara), Gurun (Nusa Penida), Taliwang (Sumbawa), Dompo (Sumbawa), Sapi (Sumbawa), Sanghyang Api (Gunung Api, Sangeang), Bima, Seram, Hutan (Sumbawa), Kedali (Buru), Gurun (Gorong), Lombok Mira (Lombok Barat), Saksak (Lombok Timur), Sumba, dan Timor dalam Yamin (2001:60-64).
Berdasarkan informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa Kerajaan Taliwang merupakan kerajaan besar yang ada di Sumbawa saat itu, bahkan jika dibandingkan dengan kerajaan yang ada di pulau Lombok sekalipun. Hal ini diperkuat dengan susunan yang terdapat pada Buku Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca di atas, di mana Kerajaan Taliwang menduduki urutan kelima setelah empat kerajaan dari pulau Bali, baru disusul oleh Kerajaan Dompo (Dompu), Sapi, Sanghyang Api, Bima (Bima), baru kemudian disusul tiga kerajaan dari pulau Lombok.
*) Penulis adalah Direktur “Kerukunan Masyarakat Seni Samawa Ano Rawi” (Kemas Samawi).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taliwang Tempo Dulu

N ama Taliwang sudah sangat dikenal sejak zaman majapahit dan tercatat dalam kitab Mpu Prapantja tahun 1365. Nama Taliwang juga diabadikan oleh Pemerintah Republik sebagai nama kapal, Kapal Republik Indonesia atau KRI TALIWANG, sebagai sarana perhubungan pertama yang menghubungkan Merak dan Panjang, pada tahun 1953. Kapal Cargo ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1946. Kemudian diberi nama TALIWANG, dioperasikan oleh Koninklijke Paketvaart Mij – berbendera Belanda. (IMO 5351284). Pada Tahun 1953 kapal ini dijual ke Pemerintah Republik Indonesia, sehingga berbendera Indonesia, dengan tetap bernama TALIWANG. “De Taliwang”, kapal cargo Belanda saat bersandar di dermaga pulau buru, Maluku. (1949) Photo: C.J. (Cees) Taillie, Koleksi Tropenmuseum, Belanda. Kapal S.S. Van Heemskerk dari KPM di Teluk Taliwang (1920) Photo: Koleksi Tropenmuseum, Belanda. Pemandangan Pantai di Taliwang (1900-1920) Photo: Koleksi Tropenmuseum, Belanda. Kuda di pantai, Sumbawa (1900-1940) Photo:

Mengaku Nyaman Usai Disuntik, Kapolres Sumbawa Ajak Masyarakat Tidak Takut Divaksin

Mengaku Nyaman Usai Disuntik, Kapolres Sumbawa Ajak Masyarakat Tidak Takut Divaksin : Sumbawa, KOBAR – Kapolres Sumbawa, AKBP Widy Saputra SIK, menjadi salah seorang yang disuntik vaksin Covid-19 tahap pertama di Kabupaten Sumbawa, Selasa, (2/2). Sesaat setelah disuntik vaksin Sinovac. Kepada awak media, ia mengaku senang telah mendapatkan vaksin Covid-19. Menurutnya, setelah dirinya disuntik, serasa mendapatkan vitamin tambahan di dalam tubuhnya. “Saya

Gerbang Tambang Amman Mineral Kembali Dibuka Seperti Sebelum Covid-19

Gerbang Tambang Amman Mineral Kembali Dibuka Seperti Sebelum Covid-19 Maluk, KOBARKSB.com – Gerbang wilayah kerja Tambang Batu Hijau dan Elang yang dikelola oleh PT... Copyright © PT Media Arus Tengah Anorawi. All rights reserved.